Untukdapat mengamalkannya dengan baik maka kita perlu mengetahui adab tadarus membaca Al-Qur’an yang baik dan benar sesuai syariat islam. Mereka bertanya lagi, ‘Dengan apa?’ Beliau menjawab, ‘Dengan menggosok gigimu”. 3. Membaca ta’awwudz, sebagaimana difirmankan Allah, “Apabila engkau membaca Al-Qur’an, maka berlindunglah
DALAM belajar kita membutuhkan panutan yang bisa mengajarkan ilmu. Dan dia adalah seorang guru. Ya, guru merupakan sosok yang mampu dan mau secara sukarela mentransfer ilmu kepada muridnya. Kita, sebagai orang yang menerima, perlu adanya keseriusan dalam menerima ilmu yang diberikan. Keseriusan dalam belajar, bukan hanya fkus pada materi pembelajaran saja. Guru pun perlu kita perhatikan. Sebab, gurulah yang mempunyai peran penting dalam pemberian ilmu kepada kita. Maka, ketika guru ada di depan kita, kita perlu memperhatikan ada-adab tertentu. Dan dalam Islam, sedikitnya ada 4 adab yang harus kita perhatikan. Apa sajakah itu? 1. Adab dalam Mendengarkan Pelajaran Bagaimana rasanya jika kita berbicara dengan seseorang tapi tidak didengarkan? Sungguh jengkel dibuatnya hati ini. Maka bagaimana perasaan seorang guru jika melihat murid sekaligus lawan bicaranya itu tidak mendengarkan? Sungguh merugilah para murid yang membuat hati gurunya jengkel. Agama yang mulia ini tak pernah mengajarkan adab seperti itu, tak didapati di kalangan salaf adab yang seperti itu. Sudah kita ketahui kisah Nabi Musa yang berjanji tak mengatakan apa-apa selama belum diizinkan. Juga para sahabat Rasulullah yang diam pada saat Rasulullah berada di tengah mereka. Bahkan di riwayatkan Yahya bin Yahya Al-Laitsi tak beranjak dari tempat duduknya saat para kawannya keluar melihat rombongan gajah yang lewat di tengah pelajaran. Yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah majelis adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan yang lain. Apa yang akan Yahya bin Yahya katakan jika melihat keadaan para penuntut ilmu saat ini. Jangankan segerombol gajah yang lewat, sedikit suara pun akan dikejar untuk mengetahuinya seakan tak ada seorang guru di hadapannya. Belum lagi yang sibuk berbicara dengan kawan di sampingnya, atau sibuk dengan gadgetnya. 2. Adab Bertanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” QS. An-Nahl 43. Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat ini, dengan bertanya maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat keilmuan. Tidak diragukan bahwa bertanya juga mempunyai adab di dalam Islam. Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini. Mereka mengajarkan bahwa pertanyaan harus disampaikan dengan tenang, penuh kelembutan, jelas, singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya. Di dalam Al-Quran terdapat kisah adab yang baik seorang murid terhadap gurunya, kisah Nabi Musa dan Khidir. Pada saat Nabi Musa Alihi Salam meminta Khidir untuk mengajarkannya ilmu, “Khidir menjawab, sungguh, engkau Musa tidak akan sanggup sabar bersamaku,” QS. Al-Kahfi 67. Nabi Musa, Kaliimullah dengan segenap ketinggian maqomnya di hadapan Allah, tidak diizinkan untuk mengambil ilmu dari Khidir, sampai akhirnya percakapan berlangsung dan membuahkan hasil dengan sebuah syarat dari Khidir. “Khidir berkata, jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya,” QS. Al-Kahfi 70. Jangan bertanya sampai diizinkan, itulah syarat Khidir kepada Musa. Maka jika seorang guru tidak mengizinkannya untuk bertanya maka jangalah bertanya, tunggulah sampai ia mengizinkan bertanya. Kemudian, doakanlah guru setelah bertanya seperti ucapan, “Barakallahu fiik”, atau “Jazakallahu khoiron”, dan lain lain. Banyak dari kalangan salaf berkata, “Tidaklah aku mengerjakan shalat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang tuaku dan guru-guruku semuanya.” 3. Adab Berbicara Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya. Para Sahabat Nabi ﷺ, muridnya Rasulullah, tidak pernah kita dapati mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut. Mereka tidak pernah memotong ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya. Bahkan, Umar bin Khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah. Di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara. Di hadis Abi Said Al-Khudry Radhiallahu Anhu juga menjelaskan, “Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah ﷺ kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara,” HR. Bukhari. 4. Adab Duduk Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.” Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis.” Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi gurunya.” Keempat hal itu perlu untuk kita perhatikan. Sebab, guru adalah panutan. Guru sumber ilmu. Dan kita tidak tidak akan mengetahui akhlak mulia seorang guru dan ilmu bermanfaat darinya jika kita tidak melakukan ada-adab tersebut dengan baik. Oleh karena itu, raihlah keberkahan dalam menuntut ilmu dengan memperhatikan adab-adab kepada guru. [] SUMBER
1 Adab terhadap orangtua. Orang tua merupakan sosok yang paling dekat hubungannya dengan anaknya. Pengorbanan orang tua sungguh tiada tara, mereka mendidik kita dan menyerahkan hidupnya untuk keselamatan anaknya. Islam mengajarkan agar seorang anak untuk selalu menaati orang tuanya selama tidak bertentangan dengan agama.
sumber jawab adalah hal yang sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita bertanya ke guru dan dosen kita atau ketika bertanya arah jalan ke orang asing di jalan, dan sebagainya. Kalau kita tidak tahu, kita bertanya ke yang lebih tahu. Kalau kita lebih tahu, maka kita memberi ilmu kepada yang belum tahu. Nah, ternyata dalam melakukan kegiatan tanya jawab, kita tidak boleh sembarangan, ada adab yang perlu diperhatikan dalam bertanya dan menjawab. Dalam Islam kita mengenal yang namanya akhlak. Saat kita bertanya pada seseorang, mereka berkedudukan sebagai alim dan kita sebagai fakir dalam hal ilmu. Allah berfirman mengenai hal iniفَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَArtinya “Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui” QS. An-Nahl ayat 43Sering kita lihat di media sosial, orang yang bertanya meninggalkan prinsip akhlak dengan cara meremehkan jawaban karena dirasa tidak berbobot. Sedangkan yang menjawab pun meninggalkan prinsip ilmu, merasa jawabannya sudah paling sedikit cerita yang dapat menjadi inspirasi bagi kita, dari penulis buku "Ngaji Fikih" yang ketika itu beliau sedang mengantre giliran untuk bertanya di rumah Gus Dur. Kemudian beliau bertanya mengenai sejumlah fatwa NU. Jawaban dari Gus Dur justru tidak terduga, “Tanyakan saja hal tersebut kepada Said Aqil Siradj!”Dengan penuh hormat beliau memilih untuk mundur setelah mendapat jawaban tersebut. Lalu datanglah Nusron Wahid yang bertanya pada Gus Dur mengenai suatu peristiwa di Indonesia, Gus Dur kemudian menjawab, “Saya tidak tahu, jangan tanya saya soal itu!”Nah, kira-kira itulah gambaran ketika kiai memberi jawaban. Mereka enggan merasa paling tahu akan suatu hal, sehingga memilih untuk mengaku bahwa mereka kurang bagaimana adab untuk orang yang mengajukan pertanyaan? Pertama, kita harus berprinsip bahwa ketika kita bertanya secara tatap muka maupun lewat media sosial, artinya kita sedang meminta dan menyita waktu seseorang untuk memberi jawaban ke kita. Jadi, jangan terburu-buru untuk menagih jawaban dari mereka. Kedua, kita tidak boleh memaksa apabila seseorang tidak menjawab, mungkin saja mereka memiliki kesibukan lain sehingga tidak sempat untuk memberi jawaban. Mereka tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaan kita. Menjawab pertanyaan adalah sedekah, karena telah membantu orang lain yang awalnya belum tahu menjadi apa pun jawaban yang diberikan, syukuri dan hargai itu. Meski jawabannya singkat, atau mungkin kita tidak cocok dengan jawaban tersebut, tetap saja kita harus menjaga akhlak dan adab kita sebagai penanya. Jangan marah-marah kalau kita tidak puas dengan jawaban tersebut. Kalau memang belum puas dengan jawaban tersebut, boleh saja untuk menanyakan pada orang lain yang kita bertanya kepada seseorang itu berarti kita percaya bahwa mereka lebih tahu tentang hal tersebut. Jangan bersikap seolah-olah kita lebih paham kemudian mengajak debat dengan Qayyim pernah menjelaskanﺇﺫﺍ ﺟﻠﺴﺖ ﺇﻟﻰ ﻋﺎﻟﻢ ﻓﺴﻞ ﺗﻔﻘﻬﺎً ﻻ ﺗﻌﻨﺘﺎً“Jika anda duduk bersama seorang ahli ilmu, maka bertanyalah untuk menuntut ilmu bukan untuk melawan.”Memang, kritis dalam bertanya itu perlu tapi harus diterapkan konsep sopan santun juga dalam bertanya. Kalau memang kita tidak mempercayai jawaban mereka, kenapa kita bertanya?Kelima, jangan membanding-bandingkan jawaban seseorang di depan orang yang menjawab pertanyaan kita. Misalnya ketika seseorang menjawab pertanyaan kita, lalu kita membalas, “tapi pendapatmu berbeda dengan si A”. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Bahkan, seorang kiai pun bisa saja berselisih pendapat antara satu sama lain! Maka, kita bisa tampung dulu jawaban-jawaban yang berbeda tersebut, lalu tanyakan pendapat orang lain lagi, jadi kita bisa tahu mana pendapat yang lebih kuat dan lebih sebagai umat Islam yang berpegang teguh pada prinsip akhlak dalam Islam, sudah kewajiban kita untuk melakukan kegiatan tanya jawab. Berbagi ilmu walaupun sedikit saja pahalanya besar. Salah satu hadis riwayat Bukhari, dari Abdullah bin Amr, Nabi Muhammad SAW. bersabda “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat."Referensi/Daftar Pustaka
11. Takwa kepada Allah sebagai landasan. Apabila takwa kepada Allah menjadi landasan seorang muslim dalam bekerja dan berusaha, maka ia akan memiliki sikap dan prinsip yang islami sebagai berikut : a. Mendahulukan Pahala Allah Sebelum Keuntungan Duniawi. Artinya ia menyikapi usaha dan berkerja sebagai dzikir kepada Allah.
Adab, sifat dan sikap adalah cermin peribadi seseorang. Saya suka menulis dan menekankan tentang adab, sikap dan sifat. Bukan niat saya untuk tunjuk pandai yang sering digelar sebagai “poyo” ataupun untuk mengajar tetapi untuk saya bermuhasabah diri apabila membuat sesuatu perkara disamping berkongsi perasaan saya apabila berhadapan dengan situasi yang bakal saya ceritakan ini. Saya terpanggil menulis tentang adab menulis, membaca dan menjawab ini apabila sering menghadapi keadaan serba salah apabila menjawab email, atau mesej di FB, Twitter, Whatsapp dan sebagainya. Kadang-kadang terasa sedih, adakalanya lucu, sekali sekala geram dan seringkali saya terpana dan terpaku kerana tidak tahu bagaimana untuk menjawab pertanyaan atau mesej yang dihantar kepada saya. Mesej atau email begini adalah paling banyak mendominasi kotak email saya setiap hari. Saya tidak kisah untuk menjawab setiap pertanyaan namun biarlah saya faham apa yang anda tulis dan cuba tanyakan kepada saya itu. [spacer] Adab menulis Menulis adalah mudah. Tetapi cara anda menulis itu memberikan impak kepada orang yang membaca. Sekiranya anda menulis dengan cara yang baik maka impak yang anda berikan kepada orang yang membaca juga adalah baik. Saya pernah menulis tentang bagaimana pelajar universiti menulis email kepada saya untuk memohon tempat menjalakan latihan amali/praktikal/industri internship di sini. Nak menulis dan bertanya biarlah beradab. Menulis mesej kepada isteri, suami atau awek atau pakwe bukan main lagi – dimulakan dengan sebutan atau panggilan terlebih dahulu seperti “Sayang, awak kat mana?” “Bee, datang ambil I pukul 6 yer. Thanks” “Darling, kita nak ambil flight pagi ke petang yer?” “Ayang, tak rindu i ke?” “Mama, masak apa untuk dinner malam ni?” “Papa! papa tau tak yang papa ni nakal lah!” “Dear, tolong ambil dobi on the way balik nanti yer. TQ” dan macam-macam lagi. Kenapa kepada orang lain yang anda perlukan pertolongan namun anda tidak dapat menggunakan pendekatan yang sama? “Puan Siti, saya ingat nak mintak cuti minggu depan hari khamis dan jumaat boleh tak. TQ?” Cukup. Tak perlu ayat putar alam panjang berjela – cuma ringkas dan tepat. Ada pembuka iaitu Puan Siti disusuli dengan pertanyaan atau permintaan yang lengkap dan jelas kemudian diakhiri penutup iaitu terima kasih. Cukup. [spacer] Adab bertanya, Bertanya biarlah jelas. Lebih elok dan molek kiranya dimulakan dengan ucapan, disusuli dengan soalan dan diakhiri juga dengan ucapan. Namun yang sering saya terima adalah seperti ; “Saya nak kerja petik buah?”, “Ada kerja kosong?”, “Saya perlukan hotel di Berlin”, “Nak sewa kereta kat mana?” dan macam-macam lagi. Jadi, bagaimanakah saya dapat memberikan jawapan yang tepat dan jelas bagi soalan yang sebegitu?. Termanggu seketika saya mengadap komputer atau telefon sambil memikirkan jawapan yang sesuai. Kalau dijawab secara acuh tak acuh nanti ada yang terasa, kononnya saya sombonglah saya perlilah dan sebagainya. Namun untuk menjawab secara tepat adalah amat sukar untuk saya. Kadangkala saya terfikir mungkin mereka merasakan yang saya ini seorang Psikik yang boleh membaca fikiran dan menterjemahkan apa sahaja yang mereka tulis. Kalau ikut perasaan maka bagi soalan yang pertama saya akan jawab ” Ha..kerjalah” sebab apa yang ditulis kepada saya bukanlah pertanyaan tetapi pernyataan. Bagi soalan yang kedua pula jawapan saya lebih mudah – cuma perlu jawab ya atau tidak sahaja. Namun adalah tidak tergamak untuk saya menjawab sebegitu kerana saya tahu mereka mengharapkan jawapan yang jelas daripada saya. Oleh itu jawapan yang terbaik dapat saya berikan adalah dengan bertanya soalan kembali, yang mana akibatnya akan terdapat satu siri komunikasi yang panjang rentetan dari satu email atau mesej jawapan untuk satu email atau mesej soalan. Saya lebih suka menerima satu set soalan yang lengkap sepanjang mungkin dan saya akan dapat menjawab sekaligus secara lengkap dan jelas. Tetapi apabila setiap email atau mesej ada satu soalan dengan 3 atau 4 patah perkataan maka amatlah sukar untuk saya memberikan ruang masa saya untuk menjawab soalan sebegitu. Alangkah bagus kalau email atau mesej yang diterima berbunyi ; “Assalamualaikum, saya nak tumpang tanya, kalau kita nak naik train dari Munich ke Amsterdam, perlukah kita beli tiket online atau di kaunter sahaja? Terima kasih – Hamzah, KL” Sesiapa sahaja yang membaca pertanyaan di atas pasti faham dengan jelas, apakah soalan yang ditanya dan siapa yang bertanya soalan. Tidak dinafikan, ramai juga orang yang menghantar email atau mesej saya dengan ayat dan penulisan yang bagus. Ramai juga yang penulisannya tidak bagus namun pertanyaan dan cara tulisannya membuat saya senang hati. [spacer] Adab Menjawab Apabila ditanya soalan atau ditegur maka kita wajiblah menjawab. Ketika kita sedang menunggu komuter dan orang disebelah kita bertanya; “Kak, gi Seremban ke?” maka kita pun jawab “Tak!” sambil menggeleng kepala kerana kita nak ke Subang Jaya. Sebaliknya apa yang dimaksudkan oleh adik tadi adalah tren komuter yang sedang ditunggu tersebut menuju ke Seremban kah. Adik tadi menjangkakan yang akak tadi dapat membaca akal fikiran beliau memandangkan ketika itu mereka sama-sama sedang menunggu tren komuter. Namun kalau adik tadi bertanya “Kak, tumpang tanya sikit. Komuter ni nak ke Seremban ke?” maka kita pun dengan lebih senang hati menjawab “Ohhh takk, yang ni nak ke Port Klang, kalau nak ke Seremban adik kena naik kat sebelah sana. Rasanya lagi 5 minit train sampai..adik kena pergi sekarang!” sambil tersenyum. Nampak tak perbezaan nada jawapan yang diberikan apabila pertanyaan yang diajukan lebih lengkap dan beradab? Begitu juga dengan saya, anda atau sesiapa sahaja yang menerima pertanyaan. Acapkali saya mengerut dahi memikirkan bagaimana hendak menjawab soalan yang diterima. Bukan bermakna saya tidak mahu anda menghantar email atau mesej bertanya soalan – tetapi biarlah lengkap dan saya mudah faham. Itu sahaja. Untuk saya tidak perlu ucapan salam, tidak perlu terima kasih dan sebagainya – cukup sekadar soalan yang lengkap untuk saya mudah menjawabnya. [spacer] Adab Membalas Apabila kita dah terima jawapan maka apa yang harus kita lakukan? Memaling belakang dan berlalu begitu sahaja? Sudah pasti tidak. Perkataan yang lazim diucapkan adalah terima kasih. Sangat mudah dan tak sampai pun 2 saat untuk menyebutnya dan tidak sampai 6 saat pun apabila menaip di komputer menggunakan keyboard atau di telefon pintar masing-masing. Tidak susah bukan? Kalau tidak susah kenapa tidak dilakukan? Adakah anda tidak peduli? Anda tidak kisah? Untuk saya, ucapan terima kasih bukanlah saya inginkan tetapi balasan email atau mesej dari anda yang saya nantikan. Sekurang-kurangnya apabila dah mendapat jawapan dari saya, tulislah 2 patah perkataan seperti “saya faham” atau “ohhh macam tu” ” ok tau dah” dan sebagainya. Jadi saya tahu yang anda telah menerima balasan email atau mesej saya. Apabila tiada jawapan balas dari anda maka saya sering tertanya-tanya “dia tak terima email kah?”, “email masuk spam kah?” atau “dia belum baca lagi kot” dan macam -macam lagi. Mengapa saya risau dan tertanya-tanya? Kerana seperti yang saya nyatakan di atas. Apabila seseorang bertanya kepada saya maka wajiblah saya memberi jawapan – samada pendek ataupun panjang. Jadi apabila tidak mendapat balasan maka saya rasa bersalah dan merasakan yang anda tidak menerima jawapan balas dari saya. Selain itu, saya antara 1 hingga 3 jam setiap hari untuk membalas semua email, komen dan mesej anda. Ada yang panjang berjela dan ada juga yang cuma sebaris kata. Jadi besarlah harapan saya agar ribuan perkataan yang taip setiap hari dapat memberi jawapan kepada pertanyaan anda. Oleh itu saya pohon kepada semua pembaca di luar sana, apabila menghantar email kepada saya atau kepada sesiapa sahaja terutama kepada mereka yang menulis email atau mesej untuk memohon kerja atau bantuan atau sebagainya – tulislah dengan lengkap dan beradab kerana diri anda dinilai melalui tulisan anda. Letaklah diri anda di tempat orang di sebelah sana yang memberikan jawapan kepada anda – mungkin anda akan lebih tahu betapa bernilainya “acknowledgement” dan ucapan terima kasih. [divider top=”no” style=”dotted” size=”2″ margin=”10″] Saya amat yakin yang setiap email atau mesej yang dihantar kepada saya mendapat balasan samada pendek ataupun panjang. Ada yang bertanya satu soalan dengan hanya 10 perkataan tetapi mendapat balasan dengan 5 perenggan dengan 280 patah perkataan bersama jawapan yang lengkap. Ada juga yang menulis hampir 150 oatah perkataan kepada saya tetapi saya hanya membalas dengan sebaris kata sahaja. Begitu juga dengan komen-komen samada di blog ini ataupun di facebook page saya. Saya mencuba sedaya upaya untuk menjawab semua soalan dan komen. Namun kepada mereka yang komennya atau email yang belum saya balas, maka saya mohon maaf. Mungkin ada yang saya tidak tahu bagaimana untuk menjawabnya dan mungkin ada yang terlepas pandang. [spacer] Saranan saya Satu lagi, kalau menulis komen di status FB yang hot atau viral tentang isu semasa, politik, agama dan sebagainya maka tulislah dengan beradab. Ribuan orang membaca tulisan anda dan dari situ orang menilai peribadi anda. Baik dan santun bahasa anda maka baiklah budi pekerti namun buruk dan carut bahasa anda maka itulah diri anda yang dapat dilihat oleh ribuan manusia lain. Kepada mereka yang terasa dengan artikel saya kali ini saya pohon ribuan ampun dan maaf. Semoga kita sama-sama dapat mengambil inisiatif untuk memupuk sifat serta sikap yang lebih baik. [spacer] Namun begitu Saya masih sering tertanya-tanya mengapa ada yang menulis dengan cara sebegitu dan kadangkala menggunakan singkatan perkataan yang sukar untuk difahami. Sukarkah untuk menulis dengan bahasa yang santun dan jelas? atau dengan lebih panjang sedikit supaya maksudnya sampai?. Adakah kredit telefon atau had limit internet akan terus habis sekiranya menulis dengan tambahan 10 atau 15 perkataan? Atau mungkin masa anda terlalu berharga untuk dihabiskan selama 10 minit untuk menulis dengan jelas dan terang agar lebih mudah difahami? Atau mungkin anda jenis “I Dont Care” ENTAHLAH..I Dont Know!
Faidahfaidah ini akan bermanfaat jika dibaca ulang dan dicatat dalam mempersiapkan materi mengajar, ceramah dan menjawab permasalahan. Oleh karena itu sebagian ahli ilmu menasihati kita. datanglah seorang A’rabi dan bertanya : dan sisanya mengambil faidah dari tingkah laku, budi pekerti dan adab beliau. [9] Abu Bakar Al Muthaawi’i
Skip to content HomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah IslamHomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah IslamHomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah Islam 12 ADAB BERTANYA DI SOSMED 12 ADAB BERTANYA DI SOSMED بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 12 ADAB BERTANYA DI SOSMED 1. Ikhlaskan diri karena Allah ﷻ dalam bertanya untuk mengetahui suatu masalah. 2. Tidak bertanya kecuali kepada orang yang berilmu, atau menurut perkiraannya yang kuat dia mampu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. 3. Memulai pertanyaan dengan salam. “Ucapkan salam sebelum bertanya. Siapa saja yang bertanya kepada kalian sebelum dia mengucapkan salam, maka janganlah kalian menjawabnya.” [HR. Ibnu an-Najar, hadis dari Jabir, lihat Shahiihul Jaami’ no. 3699 dan HR. Ibnu Adi dalam al-Kaamil II/303, hadis dari Ibnu Umar, lihat ash-Shahiihah no. 816] Para sahabat pernah bertanya tanpa ucapan salam, tapi tetap dijawab oleh Rasulullah ﷺ. Maka dipahami, bahwa mengucapkan salam sebelum bertanya bukanlah sesuatu yang wajib, tetapi sangat dianjurkan, dan telah menghidupkan Sunnah. 4. Hendaknya memerbagus pertanyaan tentang ilmu yang bermanfaat, yang akan menunjukkan kepada berbagai kebaikan, dan mengingatkan dari segala kejelekan. 5. Gunakanlah bahasa yang penuh sopan santun, lemah lembut, dan tidak mengandung penghinaan serta kemarahan. 6. Ketika telah selesai menulis pertanyaan, maka sampaikanlah ucapan terima kasih, serta mendoakan ustadz yang nanti akan menjawabnya. 7. Janganlah mengadu domba di antara ahli ilmu. Seperti berkata “Tapi ustadz, Fulan telah berkata begini dan begitu.” Dan cara seperti ini termasuk kurang beradab dan sangat tidak sopan. Hati-hatilah terhadap hal seperti ini. Tetapi jika memang harus melakukannya, maka hendaknya berkata “Bagaimanakah pendapatmu tentang ucapan yang telah mengatakan begini dan begitu?” TANPA menyebut nama orang yang mengucapkan. 8. Hendaknya bersabar dalam menunggu jawabannya yang telah diajukan. Karena bisa jadi ustadz tersebut sedang sibuk dengan berbagai aktivitasnya, atau sedang beristirahat, sakit, melayani tamu, safar dll. 9. Janganlah menceritakan aib atau dosa yang pernah dilakukan sendiri, keluarga, atau orang lain, sehingga diketahui oleh semua anggota group di sosial media. Apabila masalah itu harus juga disampaikan karena ingin untuk mendapatkan solusi dan pencerahan, maka hendaknya disampaikan secara pribadi saja kepada ustadz tertentu, yang dianggap bisa memberikan solusi dan menyimpan rahasia. 10. Hendaknya siapapun yang bertanya tidak marah atau tersinggung ketika sedang diluruskan pemahamannya, atau dari cara bertanyanya yang salah dll. Ibnu Qudamah رحمه الله berkata “Dahulu kaum salaf sangat senang ada orang yang mau mengingatkan kekurangan mereka. Akan tetapi kita sekarang pada umumnya sangat membenci kepada orang yang telah mengingatkan kekurangan kita.” [Minhajul Qashidin hal 196] 11. Janganlah bertanya hanya sekadar untuk menambah wawasan tanpa mau mengamalkan. Atau sekadar mencari-cari keringanan hukum. Misalnya penanya bertanya kepada seorang ustadz. Karena jawabannya tidak berkenan dalam hatinya, lalu dia pun bertanya lagi ke ustadz lainnya. Dan apabila jawabannya sesuai dengan hawa nafsunya, maka ia pun menerimanya. Ini merupakan bukti bahwa penanya tidak menghendaki syariat, kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya. 12. Jangan merendahkan dan melecehkan ustadz, seandainya ia tidak bisa menjawab pertanyaan. Yaqut al-Hamawi رحمه الله berkata “Orang alim ulama/ustadz pasti ada saja yang tidak diketahuinya. Bisa saja pas dia tidak mengetahui jawaban terhadap masalah yang ditanyakan kepadanya, mungkin karena masalah tersebut belum pernah didengar sebelumnya, atau karena dia lupa.” [Irsyaad al-Ariif 1/24] Contoh cara bertanya yang terbaik السلام عليكم و رحمة الله و بركاته Afwan ustadz, saya mau bertanya, mengapa diri ini yang selalu saja cenderung kepada dosa dan maksiat, serta sulit diajak untuk menaati Allah dan Rasul-Nya? Padahal saya sudah berusaha keras untuk senantiasa menghadiri majelis ilmu, dan berdoa kepada Allah taala agar dikuatkan iman. Semoga ustadz dan keluarga selalu dirahmati dan diberkahi Allah taala. Penulis Ustadz Najmi Umar Bakkar najmiumar_official Ikuti kami selengkapnya di WhatsApp +61 450 134 878 silakan mendaftar terlebih dahulu Website Facebook Instagram NasihatSahabatCom Telegram Pinterest 12 ADAB BERTANYA DI SOSMED Related Posts
Kecualijika Anda bertanya secara profesional sebagai jurnalis, senator, atau pengacara, memaksa seseorang agar mau menjawab dengan baik biasanya tidak akan memberi hasil apa-apa. Ingat, Anda hanya ingin mencari informasi, bukan menginterogasi. Jika orang yang Anda tanya sudah tidak bisa lagi menjawab, sudahi dan ucapkan terima kasih.
◾ 12 Adab Bertanya Di Sosial Media ◾ Ikhlaskanlah diri karena Allah dalam bertanya, dan niatkan itu sebagai ibadah. Tidak bertanya kecuali kepada orang yang berilmu, atau menurut dugaannya yang kuat ia mampu untuk menjawab pertanyaan. Memulai pertanyaan dengan salam. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Ucapkan salam sebelum bertanya. Siapa yang bertanya kepada kalian sebelum ia mengucapkan salam, maka janganlah kalian menjawabnya” HR. Ibnu an-Najar, hadits dari Jabir, lihat Shahiihul Jaami’ no. 3699 dan HR. Ibnu Adi dalam al-Kaamil II/303, hadits dari Ibnu Umar, lihat ash-Shahiihah no. 816 Para sahabat pernah bertanya tanpa ucapan salam, tapi tetap dijawab oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka dipahami bahwa mengucapkan salam sebelum bertanya bukanlah sesuatu yang wajib, tetapi sangat dianjurkan dan telah menghidupkan sunnah. Hendaknya memperbagus pertanyaan tentang ilmu yang bermanfaat, yang akan menunjukkan kepada berbagai kebaikan dan mengingatkan dari segala kejelekan. Gunakanlah bahasa yang penuh sopan santun, lemah lembut dan tidak mengandung penghinaan serta kemarahan. Ketika telah selesai menulis pertanyaan maka sampaikan perkataan terima kasih, dan mendoakan ustadz yang akan menjawabnya. Janganlah mengadu domba diantara ahli ilmu. Seperti berkata “Tapi ustadz fulan telah berkata begini dan begitu”, dan cara seperti ini termasuk kurang beradab dan sangat tidak sopan. Hati-hatilah terhadap hal seperti ini. Tetapi jika memang harus melakukannya maka hendaknya berkata “Bagaimana pendapatmu tentang ucapan yang telah mengatakan begini dan begitu ?” Tanpa menyebut nama orang yang mengucapkan Hendaknya bersabar dalam menunggu jawaban yang telah diajukan. Karena bisa jadi ustadz tersebut sedang sibuk dengan berbagai aktivitasnya atau sedang beristirahat, sakit, melayani tamu, safar dll. Janganlah menceritakan aib atau dosa yang pernah dilakukan sendiri, keluarga atau orang lain sehingga diketahui oleh semua anggota group di sosial media. Jika masalah itu harus juga disampaikan karena ingin untuk mendapatkan solusi dan pencerahan, maka hendaknya disampaikan secara pribadi saja kepada ustadz tertentu yang dianggap bisa memberikan solusi dan menyimpan rahasia. Hendaknya penanya tidak marah atau tersinggung ketika diluruskan pemahamannya atau cara bertanyanya yang salah dll. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata وقد كان السلف يحبون من ينبههم على عيوبهم ونحن الآن في الغالب أبغض الناس إلينا من يعرفنا عيوبنا ! Janganlah bertanya hanya sekedar untuk menambah wawasan tanpa mau mengamalkan, atau sekedar mencari-cari keringanan hukum. Misalnya, penanya bertanya kepada seorang ustadz, karena jawabannya tidak berkenan dalam hatinya, lalu ia pun bertanya lagi ke ustadz lainnya, dan jika jawabannya sesuai dengan hawa nafsunya maka ia pun menerimanya. Ini merupakan bukti bahwa penanya tidak menghendaki syariat kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya. “Dahulu kaum salaf sangat senang ada orang yang mengingatkan kekurangan mereka, akan tetapi kita sekarang pada umumnya sangat benci kepada orang yang mengingatkan kekurangan kita” Minhajul Qashidin hal 196. Jangan merendahkan dan melecehkan ustadz jika ia tidak bisa menjawab pertanyaan. Yaqut al-Hamawi rahimahullah berkata “Orang alim ustadz pasti ada saja yang tidak diketahuinya. Bisa saja dia tidak mengetahui jawaban terhadap masalah yang ditanyakan kepadanya, mungkin karena masalah tersebut belum pernah didengar sebelumnya atau karena dia lupa” Irsyaad al-Ariif 1/24. Contoh cara bertanya yang terbaik السلام عليكم و رحمة الله و بركاته Afwan ustadz, saya mau bertanya mengapa diri ini selalu cenderung kepada dosa dan maksiat serta sulit diajak untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya, padahal saya sudah berusaha untuk senantiasa menghadiri majelis ilmu dan berdoa kepada Allah agar dikuatkan iman ? Semoga ustadz beserta keluarga selalu dirahmati dan diberkahi Allah Ta’ala. شكرا و جزاك الله خيرا ✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
Qatadahberkata, “kami lalu bertanya, “Lantas bagaimana halnya dengan makan sambil berdiri?” Beliau menjawab, “Tentu itu lebih buruk dan lebih keji lagi.” (HR. Muslim dan Tirmidzi). Dalam ilmu kesehatan, makan dan minum sambil berdiri juga memiliki dampak buruk.
ELEMEN-ELEMEN UTAMA ADAB TERHADAP GURU: 1. Memberi salam kepada guru. Menjawab dengan sopan apabila guru bertanya. 5. Sentiasa mendengar nasihat guru. 6. Tidak boleh berbohong kepada guru. Dicatat oleh niza78 di 6:13 PTG 8 ulasan: E-melkan Ini BlogThis! Kongsi ke Twitter Kongsi ke Facebook Kongsi ke Pinterest. Selasa, 20 Disember 2011.
Dan, janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Thaahaa: 131) Terbebas dari orang-orang yang bodoh dan pandir serta orang-orang yang keras akhlaknya.
Perhatikanlahhadits Rasulullah karena sesungguhnya Nabi khawatir ilmu agama tidak dipelajari lagi dan para ulama akan wafat. Sahabat Bertanya Rasul Menjawab Selasa, 05 April 2011. Adab Buang Air Sahabat bertanya, "Sahabat Suraqah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang buang air." Rasul menjawab, "Rasulullah memerintahkan untuk menyimpang
. 3doj5g90pe.pages.dev/7233doj5g90pe.pages.dev/7143doj5g90pe.pages.dev/6563doj5g90pe.pages.dev/2643doj5g90pe.pages.dev/9453doj5g90pe.pages.dev/7683doj5g90pe.pages.dev/7193doj5g90pe.pages.dev/8323doj5g90pe.pages.dev/4333doj5g90pe.pages.dev/6813doj5g90pe.pages.dev/5703doj5g90pe.pages.dev/2583doj5g90pe.pages.dev/93doj5g90pe.pages.dev/4933doj5g90pe.pages.dev/585
adab bertanya dan menjawab